Yes 45:1.4-6; Mzm 96:1.3-5.7-10; 1Tes 1:1-5; Mat 22:15-21
Orang-orang Farisi mengetahui kalau Yesus adalah orang yang jujur dan tidak mencari muka.
Mereka bersekongkol ingin menjebak Yesus. Pikiran mereka dipenuhi iri hati dan kebencian kepada Yesus. Pikiran negatif telah memenuhi diri mereka, bahkan telah mengambil suara hati mereka untuk memiliki niat jahat.
Sebaliknya, Yesus menguasai hati-Nya dengan tenang dan damai, sehingga bertanya menyelidik, `Mengapa kamu mencobai Aku?` Keadaan ini tampak bahwa seringkali manusia ingin menjatuhkan sesamanya dengan segala cara, asalkan orang lain dapat dicelakakan demi tujuan tertentu.
Yesus ingin mengajarkan kepada kita bahwa sikap batin adalah sesuatu yang sangat penting.
Yesus ingin mengajarkan kepada kita bahwa sikap batin adalah sesuatu yang sangat penting.
Ketika menghadapi serangan berupa jebakan pertanyaan dari orang-orang Farisi, Yesus dapat berpikir dan bertindak dengan cermat.
Dia tidak ingin menyakiti hati kedua pihak yang sedang berseteru, sehingga tidak sampai menimbulkan perseteruan yang hebat. Teladan Yesus ini mengajak kita untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang bijaksana.
Setiap prilaku dan ungkapan kita jangan sampai merugikan orang lain maupun diri kita sendiri.
Setiap prilaku dan ungkapan kita jangan sampai merugikan orang lain maupun diri kita sendiri.
Bila kita dapat berpikir dengan bijaksana, maka jebakan dari orang yang berniat jahat pada diri kita pun dapat terhindarkan.