Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Minggu, 30 Januari 2022

Jembatan Kasih Persaudaraan


Janganlah Membangun TEMBOK...

                                karena akan Membuat kita Terasing....

Tetapi..

                    bangunlah JEMBATAN,

agar kita senantiasa Terhubungkan"



Dua orang Kakak Beradik, semula hidupnya sangat rukun, tetapi akhirnya terjatuh dalam pertengkaran serius, 
hanya karena kesalahpahaman kecil di antara keduanya.

Padahal selama 40 tahun mereka hidup Damai Harmonis berdampingan, tanpa pernah ada konflik menegangkan di antara keduanya.


Suatu pagi, lewatlah Seorang Tukang Kayu, mengetuk rumah Sang Kakak. 

“Maaf Tuan, saya sedang mencari Pekerjaan,” kata pria itu dengan ramah. 

“Barangkali Tuan berkenan memberikan sebuah pekerjaan untuk saya selesaikan.”

“Oh ya!” jawab Sang Kakak. 

“Saya punya pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku…. ah... sebetulnya ia adalah Adikku."

“Minggu lalu ia mengeruk bendungan, lalu mengalirkan airnya ke tengah Padang Rumput itu, sehingga menjadi Sungai yang memisahkan tanah kami."

“Hmm, barangkali ia memang sengaja ingin mengejekku, tapi aku akan memberinya balasan yang setimpal."

Di situ ada Gundukan Kayu, aku ingin kau membuat Pagar setinggi 10 meter untukku, sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. 

"Pokoknya, aku ingin melupakannya”..... Ungkap Sang kakak kepada Tukang Kayu itu.

Kata Tukang Kayu, 

“Saya mengerti Tuan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa berbahagia.”

Sang Kakak meninggalkan Tukang Kayu itu untuk bekerja sendirian.

Di Sore hari, ketika ia kembali, Tukang Kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.

Betapa kagetnya dia begitu melihat hasil pekerjaan Tukang Kayu itu.

Sama sekali tidak ada tembok Pagar Kayu sebagaimana yang dimintanya.

Yang ada malah sebuah Jembatan Kayu yang melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang milik adiknya.

Jembatan itu tampak begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.

Dari Seberang, terlihat Sang Adik bergegas menaiki Jembatan itu dengan Kedua Tangannya terbuka lebar. 

“Kakakku, kau sungguh baik hati mau Membuatkan Jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah Menyakiti hatimu. Maafkan aku, Kak”*

Dua Bersaudara itu pun bertemu di tengah Jembatan, Saling Berjabat tangan dan Berpelukan......

Selisih paham dan curiga akhirnya luntur di tengah jembatan.


Api Amarah dan Kebencian di antara keduanya telah padam, digantikan dengan hangatnya Jalinan Tali Kasih.

Melihat itu, Tukang Kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap untuk pergi.

“Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami punya banyak pekerjaan untukmu,” pinta Sang kakak.

“Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,” kata Tukang Kayu, “tapi masih banyak Jembatan lain yang harus segera saya selesaikan......"

Jadi......mari kita bangun lebih banyak Jembatan..... JEMBATAN KASIH PERSAUDARAAN 

selagi masih diberikan Kesempatan oleh Yang Maha Kuasa 

Karena hidup terasa indah ditengah suasana yang Harmonis, Tenang dan Damai.

050222

Aku dan Mereka 9










 

Aku dan Mereka 8

 






















Aku dan mereka 7

 

















Sabtu, 29 Januari 2022

Dibalik Biji sesawi

Sumber Inspirasi
2Sam. 11:1-4a.5-10a.13-17
Markus 4:26-34

Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri. (Mrk. 4:30-34)

Konon biji sesawi adalah sangat kecil, lebih kecil daripada butiran pasir. Namun yang kecil itu jika ditaburkan di tanah yang baik, disirami dan dirawat pada akhirnya akan dapat bertumbuh menjadi besar dan dapat menjadi tempat bersarang burung-burung di udara. Di sini Tuhan mau menggambarkan bahwa kerajaan Allah itu bertumbuh dan berkembang seperti bji sesawi, mula-mula kecil dan bisa menjadi besar dan bermanfaat bagi yang lainnya.

Gambaran dan pertumbuhan biji sesawi itu kiranya dapat menggambarkan pertumbuhan iman kita. Iman adalah tanggapan manusia terhadap wahyu atau pemberian diri Allah. Agar iman yang kecil dan rapuh ini bisa subur dan berkembang butuh perawatan dan pupuk dengan doa dan firman kasih-Nya. Jika demikian, niscaya akan menjadi kokoh dan kuat serta memiliki daya yang luar biasa. Demikian juga niat dan kehendak baik kita, jika dipupuk dan dirawat akan berkembang dan berdayaguna bagi sesama.

Semoga kita dapat belajar dari biji sesawi yang kecil itu dan akhirnya dapat menjadi besar. Kita tebarka perhatian dan kasih kita kepada sesama. Walaupun kecil dan sederhana tetapi dapat berdaya guna serta memberi pengaruh yang besar bagi sesama yang sungguh membutuhkan.

Inilah kisah biji sesawi
walau kecil bertumbuh menjadi besar.
Wahai sahabat TUHAN MEMBERKATI
hiduplah rendah hati, tekun dan sabar.
120222

Percayakah KAMU?

SUMBER INSPIRASI HIDUP
2Sam. 12:1-7a.10-17
Markus 4:35-41

Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" (Mrk.4:37-40)

"Mengapa kamu begitu takut, mengapa kamu tidak percaya?," itulah sabda Yesus kepada para murid yang mengalami kepanikan ketika perahu mereka diombang-ambingkan taufan sehingga ombak menyembur ke dalam perahu. Kepanikan mereka menjadi-jadi ketika didapati Tuhan Yesus tertidur di buritan. Setelah para murid membangunkan-Nya, Tuhan menghardik angin itu dan seketika reda dan danau menjadi teduh.

Tuhan tidak hanya berkuasa atas sakit-penyakit dan roh-roh jahat. Ia juga berkuasa atas peristiwa alam. Ia menghalau angin taufan dan ombak yang mengombang-ambingkan perahu para murid. Semula para murid amat ketakutan karena kuatnya ombak kemudian menegur atau bernada memarahi Tuhan "Guru Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" 

Sebuah ungkapan emosional yang tentu tidak pada tempatnya. Pelita sabda hari ini mengingatkan kita bahwa kita pun sering bersikap seperti para murid. Mudah kalut, takut bahkan marah kepada Tuhan. Kita lupa bahwa Tuhan ada bersama kita. Lupa bahwa kita tidak sendirian, Dia beserta kita, ada di hati kita.

Semoga kita menjadi bijak dalam setiap tantangan dan bahkan kesulitan. Yakinlah bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita berjalan dan berjuang sendirian. Jangan takut, harus percaya kepada-Nya.


Kidungkan lagu ini
Tuhan tak pernah janji, langit selalu biru,
tetapi Dia berjanji, selalu menyertai.
Tuhan adalah gembalaku,
Ia selalu peduli dan melindungi.
190222