Berkah Dalem Gusti

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono,SS ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sabtu, 03 September 2022

GAGAL DAN MARAH

Yohanes 18:1-11

Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, 
menghunus pedang itu, menetakkannya 
kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. 
Nama hamba itu Malkhus. 
(Yohanes 18:10)

Seandainya ada pelatihan motivasi berjudul “Siap Menghadapi Kegagalan”, apakah Anda tertarik mengikutinya? Beberapa waktu lalu, di sebuah acara audisi pemilihan idola di televisi, sang pembawa acara masuk ke ruang juri dan melapor. 

Ada seorang ibu yang tidak puas dan ingin menghadap para juri, menanyakan penyebab anaknya tidak lolos audisi. Si ibu dipersilakan masuk dan tampak marah. Namun, para juri dengan elegan berhasil menjawab keraguan si ibu, bahwa anaknya memang belum layak untuk lolos.

Saat itu, Simon Petrus merasa semua harapannya tentang Yesus runtuh. Yesus akan ditangkap. Ini berbeda dengan bayangannya akan seorang raja. Simon Petrus menganggap peristiwa ini sebagai kegagalannya dan kegagalan Yesus. Ia mempertahankan diri. Ia marah dan bertindak. 

Namun, sangat berbeda, Yesus menyadari hal itu sebagai bagian dari misi hidup-Nya. Peristiwa yang tampak sebagai kegagalan ternyata menjadi kemenangan besar di akhir cerita.

Kegagalan dan kemarahan bagaikan saudara kembar. Banyak orang tidak siap untuk gagal. Padahal hampir dalam setiap situasi, selalu ada kemungkinan untuk tidak berhasil. 

Bagaimana dengan hidup kita? Apakah hidup kita selalu mulus? Kegagalan kadang diperlukan. Dengan gagal, kita belajar rendah hati, memiliki penilaian obyektif terhadap diri sendiri, lebih mengenal kehendak-Nya, dan bergantung pada-Nya. 

Efek kegagalan seharusnya membuat kita belajar dan bertumbuh. 
Apakah kita bisa belajar dari kegagalan kita?

SERING KALI KEGAGALAN IDENTIK DENGAN KEMARAHAN.
SEHARUSNYA KEGAGALAN IDENTIK 
DENGAN 
BELAJAR DAN BERTUMBUH.

KEDEWASAAN KARAKTER

Efesus 4:17-32

Supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu. 
(Efesus 4:23)

Anthony de Mello menuturkan kisah sebuah biara yang semula penuh, namun kini penghuninya tinggal enam biarawan tua. Mereka prihatin dan merasa tidak berdaya mengembalikan kejayaan biara itu. Mereka memutuskan meminta nasihat pada orang bijak. Betapa kecewanya mereka ketika orang bijak itu hanya mengatakan, “Seorang di antara kalian adalah Mesias.” 


Mereka putus asa, namun mulai bertanya-tanya, “Apa maksudnya seorang di antara kita adalah Mesias? Bila memang ada Mesias, siapakah dia?” Keenam biarawan ini mulai berhati-hati dalam bersikap, berperilaku, dan berbicara satu sama lain. Pelan-pelan perubahan ini memikat banyak orang sehingga kemudian seorang pemabuk bergabung dengan mereka. Demikian seterusnya hingga biara itu kembali penuh.

Karakter yang bertumbuh menuju kedewasaan! Itulah yang seharusnya terjadi dalam hidup orang percaya. Kitab Efesus menjelaskan kepada kita bahwa hidup dan karakter kita sama sekali berbeda sejak kita mengenal Kristus. Orang yang mengenal Kristus tidak lagi mengerjakan hal-hal yang sia-sia dan bahkan meninggalkannya (ay. 17-19).

Kehidupan sebagai manusia baru yang diciptakan menurut kehendak Allah ini akan tampak nyata dalam diri orang percaya. Berkaca dari ayat 25-32, periksalah dengan saksama hidup kita: Sebagai seorang yang mengenal Kristus, apakah karakter kita bertumbuh selaras dengan nasihat firman Tuhan dan karakter itu menjadi ciri khas hidup kita? Kiranya karakter kita menjadi kesaksian yang baik bagi sesama.

KARAKTER ILAHI 
SEMAKIN BERTUMBUH
SEIRING DENGAN PENGENALAN KITA AKAN FIRMAN-NYA

KUALITAS YANG TERUJI

1 Korintus 4:6-21

Sebab itu aku menasihatkan kamu: Turutilah teladanku! 
(1 Korintus 4:16)

Kualitas sebuah barang tidak ditentukan oleh kemasannya. Kita justru sering menjumpai penampilan yang menipu. Kemasan luar tampak baik dan indah, tetapi mutu barang di dalamnya buruk. 

Kualitas sejati sebuah barang diukur melalui berbagai langkah pengujian dalam berbagai kondisi. Barang itu mampu berfungsi dengan baik, tahan uji, dan tentu saja awet. Sebatang kayu yang baik, misalnya, ukurannya relatif tidak berubah baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau.

Bagaimana pula dengan kekristenan yang berkualitas baik? Kita, para pengikut Kristus, dapat dikatakan berkualitas baik jika kita dapat bertahan dalam segala kondisi. Sifat, karakter, kualitas iman kita akan tetap terjaga dengan baik dan tidak berubah-ubah sekali pun menghadapi situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Pada waktu dipuji dan dihormati tidak menjadi besar kepala, tetapi tetap rendah hati; tidak mengeraskan hati dan tetap lembut hati ketika menerima teguran; dan tidak menjadi patah hati dan sakit hati saat dihina atau difitnah.

Rasul Paulus mengalami begitu banyak penderitaan dan penganiayaan dalam mengikuti jalan Tuhan, namun ia tetap berbahagia karenanya. Ia menyadari bahwa penderitaan dan penganiayaan itu menjadikan kualitas imannya teruji. 

Ia pun dengan berani menantang jemaat Korintus untuk mengikuti teladannya. Tuhan mengizinkan penderitaan untuk menguji kualitas iman kita. Dan ketika kita hidup dalam kasih karunia-Nya, kita sedang menjadikan hidup kita teladan bagi semua orang.

KITA MEMULIAKAN TUHAN 
KETIKA IMAN KITA TERUJI 
DALAM BERBAGAI SITUASI

TIDAK AKAN DIPADAMKAN

Matius 12:15b-21

Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. (Matius 12:20)

Oscar Cervantes dipenjara 17 kali karena melakukan berbagai kekerasan dan kejahatan. Para psikiater yang melayani para tawanan menyatakan bahwa kondisi Oscar sudah tidak tertolong lagi. Ternyata, mereka keliru. Ketika terbebas dari penjara ia bertemu dengan orang tua yang bersaksi tentang Yesus Kristus. Oscar memutuskan untuk beriman kepada Kristus, dan ia berubah menjadi orang yang lemah lembut. Ia mendalami firman Tuhan sampai bisa mengajarkannya kepada orang lain. Akhirnya ia merintis pelayanan penjara di Soledad, California, AS.

Pada mulanya, kala melihat Oscar Cervantes, kebanyakan orang berkata, “Dia tidak mungkin bertobat. Tidak ada harapan baginya untuk mengalami perubahan. Tidak usah didoakan, percuma saja.” Barangkali ketika jemaat mula-mula melihat kebengisan Saulus, mereka pun berpikir serupa. “Orang brutal macam itu tak akan mungkin mengenal Tuhan. Pribadi yang haus darah seperti dia, mana bisa dipulihkan lagi.” Nyatanya, Tuhan tidak berpikir seperti itu. Dia malah melihat Saulus sebagai rasul yang penuh dengan kasih karunia. Pada akhirnya, Tuhan mengubah Saulus secara radikal.

Setiap kali kita melihat seseorang yang sudah layaknya buluh yang patah terkulai, mari jangan menyerah. Sumbu yang pudar nyalanya bukan berarti pasti mati. 

Orang yang penuh dengan kelemahan dan dosa, tidak menandakan bahwa ia tak mungkin berbalik arah. Teruslah berdoa bagi mereka, bahkan beri kesempatan pada mereka. Nantikan Tuhan mengubah hidupnya.

ALLAH TAK PERNAH MENYERAH 
TERHADAP KITA,
KARENA DIA TAHU KESEMPATAN 
UNTUK BERUBAH 
SELALU ADA

PERTOBATAN NASIONAL

Yeremia 36:1-10

Mungkin apabila kaum Yehuda mendengar 
tentang segala malapetaka yang Aku rancangkan hendak mendatangkannya 
kepada mereka, maka mereka masing-masing akan bertobat 
dari tingkah langkahnya yang jahat itu, 
sehingga Aku mengampuni kesalahan dan dosa mereka. 
(Yeremia 36:3)

Sungguh miris menyaksikan kondisi bangsa ini. Pejabat dari kalangan eksekutif, bahkan yudikatif, seakan berlomba-lomba memperkaya diri dengan korupsi. Pengusaha berkolusi dengan pejabat guna mengemplang pajak. Pelajar dan mahasiswa tawuran. Masyarakat bentrok antarkampung. Mau dibawa ke mana bangsa Indonesia ini?


Bangsa Israel pernah mengalami krisis moral. Oleh karena itu, Tuhan mengutus Yeremia untuk menyampaikan berita penghukuman-Nya atas Israel dengan maksud agar mereka bertobat. Betapa Tuhan menyayangi umat-Nya. 

Kali ini Tuhan menitahkan Yeremia untuk menulis firman yang telah Tuhan sampaikan untuk kemudian dapat dibacakan secara langsung kepada umat Tuhan. Tuhan berharap bahwa mereka akan bertobat setelah mendengar tentang semua malapetaka yang telah Dia rancangkan bagi mereka. 

Apabila itu terjadi, Tuhan berjanji akan mengampuni kesalahan dan dosa mereka. Peristiwa ini terjadi pada tahun keempat pemerintahan Raja Yoyakim (605 SM), tidak lama setelah Nebukadnezar mengalahkan Mesir di Karkhemish.

Tuhan pun sayang kepada Indonesia. Dia mengharapkan bangsa ini bertobat—bukan hanya satu-dua orang, melainkan pertobatan nasional. 

Teladan Yeremia dan Barukh mesti kita ikuti: tekun membacakan (mewartakan) firman Tuhan kepada umat-Nya. Orang harus dijadikan sadar bahwa dirinya berdosa dan memerlukan pembaruan Tuhan. 

Setelah mengalami pembaruan, kita akan bersama-sama bersepakat untuk membangun bangsa ini.

SEBELUM TUHAN MEMBARUI KEHIDUPAN SEBUAH BANGSA,
DIA MENGINGINKAN HIDUP ANAK-ANAK-NYA 
DIBARUI DARI DOSA

TERMOTIVASI KARENA KESUKARAN

2 Korintus 6:1-10

Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, 
bahwa kami adalah pelayan Allah, 
yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran 
dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran. 
(2 Korintus 6:4)

Ia sangat pandai membuat kue. Terbukti kue-kue buatannya lezat dan banyak disukai orang. 

Suatu hari saya menanyainya, mengapa ia lebih suka membuat kue daripada memasak biasa. Ia menjawab, membuat kue itu lebih sukar dan lebih rumit. 


Contohnya, kalau kue sudah dipanggang dan lupa diberi gula, maka tak bisa diperbaiki; sedangkan dalam memasak, orang bisa menambahkan gula kapan pun ia mau. 

Selain itu, resep yang tepat dapat menghasilkan masakan yang lezat. Tetapi, untuk menghasilkan cake yang lezat tak cukup mengandalkan resep. Kue yang bagus ditentukan oleh bahan, pengocokan, pemanggangan, dan pengaturan panasnya.

Pembuat kue ini termasuk orang yang termotivasi oleh kesukaran. 

Pelayanan Paulus dan timnya juga termotivasi oleh penderitaan atau kesukaran. Kesukaran tak jadi alasan bagi Paulus untuk bersikap buruk atau menjadi batu sandungan. Sebaliknya, ia membuktikan kredibilitasnya sebagai pelayan Tuhan. 

Melalui penderitaan dan kesukaran yang ia hadapi, ia justru menjadi semakin murni dan semakin dewasa kerohaniannya, serta semakin banyak memberkati orang lain.

Sering kali orang termotivasi oleh uang, hadiah, atau pujian, tetapi patah arang bila menemui kesukaran, lalu menggerutu, mencela Tuhan, atau bersikap buruk yang lain. 

Padahal, kesukaran itu alat Tuhan untuk memperbaiki cara hidup kita (Ams. 3:12), untuk menguji dan memurnikan kita (Rm. 5:3), dan untuk mendekatkan kita kepada Tuhan (Mzm. 119:67). 

Bersukacitalah dalam kesukaran sebab kesukaran bisa mendatangkan kebaikan.

KITA BISA TERMOTIVASI OLEH KESUKARAN
ATAU MALAH DIPATAHKAN OLEHNYA, 
ITU PILIHAN KITA

SEPERTI POHON

Yesaya 6:1-13

Keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi 
yang tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. 
Dan dari tunggul itulah 
akan keluar tunas yang kudus! 
(Yesaya 6:13)

Waktu saya remaja, ayah menebang pohon jambu air di halaman depan rumah kami. Dan, tidak lama kemudian tumbuh tunas baru dari tunggul pohon itu, makin hari makin tumbuh tinggi, dan akhirnya berbuah kembali.

Seperti pohon yang ditebang dan masih menyisakan tunggul agar tunas baru bisa tumbuh, begitulah gambaran hukuman terhadap rakyat Yehuda sampai mereka bertobat dan bertumbuh kembali menjadi umat yang kudus. 

Semula mereka mengeraskan hati dan tidak mau melakukan Firman Tuhan dengan setia meskipun nabi-nabi selalu memperingatkan mereka. Mereka mendengar peringatan Tuhan, tetapi mereka menganggapnya remeh. 

Maka, Tuhan mengutus nabi Yesaya menubuatkan hukuman yang akan mereka terima, yaitu dibuang ke Babel. Nubuat ini digenapi tahun 587 SM. Dalam murka-Nya, Tuhan masih memberikan pengharapan pengampunan. 

Mereka yang bertobat, dipulihkan, dan akan kembali menjadi umat kesayangan-Nya dan dikembalikan ke tanah Yehuda. Demikianlah Tuhan menghukum untuk mendidik manusia.

Hari-hari ini, Tuhan menegur kita dengan lemah lembut melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam kita, melalui nasihat pembina rohani kita, bahkan dapat juga kita diingatkan melalui bacaan rohani. 

Akan tetapi, terkadang kita tidak menanggapinya secara serius sehingga kerap kali perlu ditegur dengan keras seperti melalui penyakit, persoalan hidup, dan sebagainya agar kita rela berubah. 

Mari kita tetap memercayai Tuhan, sebab Dia paling tahu bagaimana mendidik kita.

TUHAN TAK MEMPERLAKUKAN KITA 
DENGAN SEWENANG-WENANG
SEBAB DALAM MURKA-NYA 
ADA KASIH SAYANG

INTEGRITAS

Daniel 1:1-21

Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya 
dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; 
dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, 
supaya ia tak usah menajiskan dirinya. 
(Daniel 1:8)

Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal sebagai Ahok, pernah menceritakan pengalaman kala dirinya diminta mengubah keyakinan demi mendapat dukungan publik dan bisa memenangkan pemilihan kepala daerah. 


Ia menolak dengan mengutarakan jawaban telak yang mengagumkan. "Andaikata Tuhan saja bisa saya khianati, apalagi rakyat; apakah kalian mau punya pemimpin yang siap berkhianat pada saatnya nanti?" katanya.

Daniel terbilang imigran yang dipaksa pindah akibat gejolak politik di negerinya. Lingkungan barunya amat menantang. Bukan hanya cuaca, penguasa, tempat tinggal, dan budaya sekitar yang berubah. Identitasnya pun terancam untuk diubah. Namanya diganti dari Daniel menjadi Beltsazar (ay. 7). 

Sampai akhirnya keyakinannya ditantang, imannya diguncang, demi memperoleh posisi aman dan terhormat. Kendati demikian Daniel bertahan. Ia berani berketapan hati untuk berkata "tidak" (ay. 8). Ia tidak menjual keyakinannya.


Demi mengikuti arus dunia global yang terus berubah setiap kita bisa tertantang untuk berpindah. Mulai dari pekerjaan sampai dengan tempat tinggal. Termasuk berpindah ke luar kota, ke luar pulau, bahkan ke negeri seberang. 

Disertai banyak perubahan yang harus terjadi pada diri kita demi bertahan dan menyesuaikan diri. Memang, demi berjuang hidup ada banyak hal yang harus kita lepaskan dan kita pertaruhkan. 

Hanya satu yang jangan pernah kita pindahkan dan kita jual: keyakinan kita akan Yesus!

BARANGSIAPA MENJUAL KEYAKINANNYA
SAMA DENGAN MENJUAL SELURUH DIRINYA

GPS

Mazmur 119:25-40, 105-112

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. 
(Mazmur 119:105)

Di Korea Selatan, hampir setiap kendaraan bermotor menggunakan alat navigasi Global Positioning System (GPS). Alat ini mampu menolong pengendara mengetahui arah yang tepat untuk sampai ke tujuan. Alat canggih ini mengandalkan satelit untuk menentukan koordinat posisi. Tetapi, secanggih-canggihnya alat ini, NAMUN hampir pasti sempat tersesat saat mengikuti petunjuknya.


Pemazmur dengan lugas menyatakan bahwa ia memilih untuk melakukan jalan kebenaran dan hukum-hukum Tuhan. Hidupnya tidak akan pernah terlepas dari segala perintah Tuhan yang diikutinya dengan setia (ay. 30-32). 

Ia memohon agar Tuhan selalu menunjukkan segala ketetapan-Nya, dan ia berjanji akan terus memegangnya sampai akhir hidupnya (ay. 33). 

Pemazmur sadar akan kelemahannya untuk dapat mengerti segala firman Tuhan dengan akal budinya sendiri. Oleh sebab itu, ia memohon agar Tuhan sendiri yang menuntun dan menolongnya (ay. 34), bukan saja untuk mengerti, tetapi untuk hidup dari setiap firman-Nya (ay. 35). 

Firman Tuhan adalah pelita bagi kakinya dan terang bagi jalannya (ay. 105).

Seperti pemazmur, kita perlu tuntunan dan panduan di dalam hidup ini. 

Firman Tuhanlah yang kiranya kita jadikan tuntunan dan panduan itu. Firman Tuhan tidak akan pernah menyesatkan kita, tetapi menunjukkan arah yang benar dan tepat untuk sampai ke tujuan akhir. 

Firman Tuhan penting untuk pertumbuhan iman kita. 

Mari kita terus mencintai dan menggemari Firman Tuhan, bukan saja untuk didengar dan direnungkan, tetapi juga dilakukan dengan setia.

FIRMAN TUHAN MEMBIMBING KITA 
UNTUK BERTOBAT
DAN MENJADI ALAT PENTING 
BAGI PERTUMBUHAN KITA.